Minggu, 21 Februari 2010

Profil Sulawesi Utara


Provinsi Sulawesi Utara dalam prospektif regional maupun internasional berada pada posisi yang sangat strategis karena terletak di bibir Pasifik (Pasifik Rim) yang secara langsung berhadapan dengan Negara-negara Asia Timur dan Negara-negara Pasifik, sehingga menjadi lintasan antara dua benua yaitu Benua Asia dan Australia dan dua Samudera yaitu Samudera India dan Pasifik. Posisi strategis ini menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia ke Pasifik dan memiliki potensi untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dalam AFTASecara administratif, Provinsi Sulawesi Utara terbagi menjadi 6 kabupaten, 3 kotamadya dengan Manado sebagai ibukota provinsi. (Catatan, saat ini telah berkambang menjadi 11 kabupaten dan 4 kota)

Komoditi tanaman perkebunan yang potensial di provinsi ini adalah kelapa, cengkeh, pala, kopi, kakao dan vanilli. Sektor Perikanan juga termasuk salah satu sektor unggulan provinsi ini. Komoditi yang dihasilkan berupa perikanan laut dan perikanan darat termasuk perikanan umum, tambak, kerambah dan lain-lain. Provinsi ini juga memiliki komoditi sekunder yang diunggulkan yaitu dari sektor industri pengolahan yang terdiri atas industri kelapa terpadu, industri minyak goreng kelapa, minyak atsiri, pengolahan kopi, industri makanan dari kacang-kacangan, pengalengan ikan, tepung ikan dan industri ikan beku. Kini juga tengah dikembangkan teknik-teknik baru dalam budidaya perikanan laut, meliputi ikan untuk umpan, ikan kerapu, baronang, rumput laut dan kerang mutiara. Untuk budidaya perikanan darat fokus diarahkan untuk ikan mas dan nila.

Dari sektor industri telah banyak perusahaan yang sudah beroperasi dan menanamkan modalnya di provinsi ini. Perusahaan-perusahaan ini bergerak dalam bidang industri pengolahan makanan, minuman, kayu, hasil tambang, batubara, minyak bumi, gas bumi, hasil perkebunan, karet, bahan dasar logam, barang galian furnitur dan industri jasa.
Potensi sumber daya perikanan di Sulawesi Utara sangat potensial. Tetapi, hingga sekarang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah perairan laut utara Sulawesi Utara, perairan Teluk Tomini, serta perairan darat di Bolaang Mongodow dan Minahasa.

Propinsi Sulawesi Utara juga memiliki kawasan hutan yang potensial. Pemanfaatan hasil hutan baru mencapai sekitar 47,5 % dari seluruh areal hutan produksi yang ada. Jenis hutan yang ada di Sulawesi Utara adalah hutan lindung, hutan PPA, hutan bakau, dan hutan produksi yang terdiri dari hutan produksi tetap, terbatas, dan konversi.
Di bidang pertambangan, sumber daya mineral, seperti tembaga, bijih besi, nikel, emas, serta bahan galian batu kapur, kaolin, sangat potensial untuk dikembangkan secara optimal. Selain itu, di daerah Lahendong, telah ditemukan panas bumi yang potensial untuk dikembangkan menjadi tenaga listrik dengan kekuatan ribuan megawatt.
Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang dimiliki Sulawesi Utara sebagai salah satu sumber daya ekonominya. Potensi wisata di Sulawesi Utara cukup beragam, di antaranya wisata alam, wisata bahari, dan wisata budaya. Keberadaan taman nasional, seperti Taman Nasional Laut Bunaken dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, juga berpotensi sebagai salah satu aset wisata alam di Sulawesi Utara.

Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya kawasan industri Bitung Industrial Estate yang terletak di Bitung-Sulawesi Utara, Bandara Samratulangi di Manado, Bandara Naha Natuna di Kepulauan Sangihe, Bandara Melonguane di Kepulauan Taulud dan Bandara Mopait di Bolaang Mongondow serta memiliki Pelabuhan UKI dan Kotabunan, Pelabuhan Belang, Pelabuhan Tahuna, Pelabuhan Ulu Siau, Pelabuhan Petta, Pelabuhan Manado, Pelabuhan Marore dan Pelabuhan Bitung.

Sumber :
http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=71

Sumber Gambar:
http://www.indonesia-tourism.com/north-sulawesi/map/

Sulawesi Utara Makin Populer di Mata Turis



Pariwisata Sulawesi Utara mencatat angka kunjungan signifikan pada tahun 2009, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara naik dua kali lipat. Akan tetapi, kenaikan tersebut tidak diimbangi dengan pembenahan infrastruktur pada sejumlah obyek wisata. Sulawesi Utara memiliki 503 obyek wisata budaya, alam, dan laut.

Kepala Dinas Pariwisata Sulut Fredrik Rotinsulu di Manado, Jumat (15/1/2010), menyebut angka kunjungan turis asing mencapai 78.203 orang, tahun 2008 hanya sekitar 32.760 orang, sedangkan angka kunjungan wisatawan nusantara mencapai 1.181.431 orang naik dari 409.065 tahun sebelumnya.

Rotinsulu mengatakan, kenaikan angka kunjungan wisman dan wisnus terjadi pada lama tinggal dan jumlah uang yang dibelanjakan. Jika pada tahun 2008 lama tinggal tiga hari, kini menjadi empat hari. Demikian juga uang yang dibelanjakan turis asing sekitar Rp 1,5 juta setiap hari per orang, sedangkan wisnus Rp 750.000, sehingga total uang yang dibelanjakan para turis asing dan turis lokal mencapai Rp 3,7 triliun.

Kenaikan angka kunjungan wisata itu dipicu oleh pelaksanaan Konferensi Kelautan Dunia pada Mei lalu yang dilanjutkan dengan Sail Bunaken pada bulan Agustus.

Akan tetapi, Rotinsulu merasa yakin angka kunjungan wisman dan wisnus bertambah lebih banyak tahun 2010 dengan sejumlah kalender kegiatan internasional di bidang MICE dan wisata. "Untuk MICE, Manado punya fasilitas tiga buah gedung convention yang dapat menampung 3.000 hingga 5.000 orang," katanya.

Ketua PHRI Sulut Johny Licke menilai peluang pariwisata Sulut cukup besar pada tahun 2010, tetapi percuma jika kinerja pelaku pariwisata asal jadi. "Sesungguhnya banyak turis mengeluh karena obyek-obyek pariwisata menarik tidak dilengkapi dengan infrastruktur jalan maupun transportasi yang layak. Contohnya Bunaken," katanya.

Untuk ke Bunaken, banyak turis mengeluh karena mobilitas angkutan laut yang minim sehingga pariwisata menjadi mahal. "Bayangkan jika setiap ke Bunaken harus mencarter perahu motor Rp 500.000 hingga Rp 1 juta sekali jalan," katanya.


Sumber :
Laporan wartawan KOMPAS Jean Rizal Layuck
http://travel.kompas.com/read/2010/01/15/1150543/Sulawesi.Utara.Makin.Populer.di.Mata.Turis
15 Januari 2010

Sumber Gambar:
http://www.travelling-sulawesi.com/images/bunaken-map.gif
http://www.belajardiving.com/bunakentrip1.jpg

Sejarah Provinsi Sulawesi Utara

Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum daerah yang berada di paling ujung utara Nusantara ini menjadi Daerah Propinsi.
Dalam sejarah pemerintahan daerah Sulawesi Utara, seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, mengalami beberapa kali perubahan administrasi pemerintahan, seiring dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan bangsa.
Pada permulaan kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus keresidenan yang merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi. Propinsi Sulawesi ketika itu beribukota di Makassar dengan Gubernur yaitu DR.G.S.S.J. Ratulangi.

Kemudian sejalan dengan pemekaran administrasi pemerintahan daerah-daerah di Indonesia, maka pada tahun 1960 Propinsi Sulawesi dibagi menjadi dua propinsi administratif yaitu Propinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1960.
Untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di Propinsi Sulawesi Utara-Tengah, maka berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor.122/M Tahun 1960 tanggal 31 Maret 1960 ditunjuklah A. Baramuli, SH sebagai Gubernur Sulutteng.

Sembilan bulan kemudian Propinsi Administratif Sulawesi Utara-Tengah ditata kembali statusnya menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960. Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sulutteng meliputi; Kotapradja Manado, Kotapraja Gorontalo, dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing; Sangihe Talaud, Gorontalo, Bolaang Mongondow, Minahasa, Buol Toli-Toli, Donggala, Daerah Tingkat II Poso, Luwuk/ Banggai. Sementara itu, DPRD Propinsi Sulawesi Utara-Tengah baru terbentuk pada tanggal 26 Desember 1961.

Dalam perkembangan selanjutnya, tercatat suatu momentum penting yang terpatri dengan tinta emas dalam lembar sejarah daerah ini yaitu dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tanggal 23 September 1964 yang menetapkan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara sebagai daerah otonom Tingkat I dengan Ibukotanya Manado.

Momentum diundangkannya UU Nomor 13 Tahun 1964 itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Daerah Tingkat I Sulawesi Utara. Sejak itulah secara de facto wilayah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara membentang dari utara ke selatan barat daya, dari Pulau Miangas ujung utara di Kabupaten Sangihe Talaud sampai ke Molosipat di bagian barat Kabupaten Gorontalo. Adapun daerah tingkat II yang masuk dalam wilayah Sulawesi Utara yaitu; Kotamadya Manado, Kota Madya Gorontalo, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bolaang Mongondow, dan Kabupaten Sangihe Talaud. Gubernur Propinsi Dati I Sulawesi Utara yang pertama adalah F.J. Tumbelaka.

Dalam perjalanan panjang Propinsi Sulawesi Utara tercatat sejumlah Gubernur yang telah memimpin daerah ini yaitu:
F.J.Tumbelaka (Pj.Gubernur 1964-1965); Soenandar Prijosoedarmo (Pj.Gubernur 1965-1966); Abdullah Amu (Pj.Gubernur 1966 - 1967); H.V. Worang (1967 - 1978); Willy Lasut.G.A (1978-1979); Erman Harirustaman (Pj.Gubernur 1979-1980); G.H. Mantik (1980-1985); C.J. Rantung (1985-1990); E.E.Mangindaan (1995-2000); Drs. A.J. Sondakh (2000-2005); Ir. Lucky H. Korah, MSi (Pj. Gubernur 2005) dan Drs.S.H.Sarundajang (2005-2010).

Sementara yang pernah menduduki posisi Wakil Gubernur yaitu; Drs. Abdullah Mokoginta (1985-1991); A. Nadjamuddin (1991-1996); J. B. Wenas (Wagub Bidang Pemerintahan dan Kesra, 1997-2000); Prof. Dr. Hi. H. A. Nusi, DSPA (Wagub Bidang Ekonomi dan Pembangunan, 1998-2000 ), dan Freddy H. Sualang (2000-2005) dan terpilih kembali untuk periode 2005-2010.

Selanjutnya, seiring dengan nuansa reformasi dan otonomi daerah, maka telah dibentuk Propinsi Gorontalo sebagai pemekaran dari Propinsi Sulawesi Utara melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000. Dengan dibentuknya Propinsi Gorontalo tersebut, maka wilayah Propinsi Sulawesi Utara meliputi; Kota Manado, Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab. Sangihe dan Talaud dan Kab. Bolaang Mongondow. Pada Tahun 2003 Propinsi Sulawesi Utara mengalami penambahan 3 Kabupaten dan 1 Kota dengan Kabupaten Minahasa sebagai Kabupaten induk yaitu Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Tomohon serta Kabupaten Kepulauan Talaud. Kemudian tahun 2007 ketambahan lagi 4 lagi Kabupaten/Kota yakni Kab. Minahasa Tenggara, Kab. Bolmong Utara, Kab. Sitaro dan Kota Kotamobagu.

Luas Propinsi Sulawesi Utara adalah 15.272,44 km2.
Propinsi Sulawesi Utara terbagi dalam 13 Daerah Kabupaten/ Kota yaitu;

1. Kota Manado (157,25 km2);
2. Kota Bitung (304,00 km2);
3. Kota Tomohon (114,20 km2);
4. Kab. Minahasa (1.114,87 km2);
5. Kab. Minahasa Utara (932,20 km2);
6. Kab. Minahasa Selatan (1.409,97 km2);
7. Kab. Kepulauan Sangihe (746,57 km2);
8. Kab. Kepulauan Talaud (1.240,40 km2);
9. Kab. Bolaang Mongondow (6.446,06 km2);
10.Kab. Kep. SITARO (275,96 km);
11.Kab. Minahasa Tenggara (710,83 km);
12.Kab. Bolaang Mongondow Utara (1.843,92 km);
13.Kota Kotamobagu (68,06 km)

Tambahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Utara)

14.Kab. Bolaang Mnongodow Selatan
15.Kab. Bolaang Mongondow Timur

Sumber :
http://www.sulut.go.id/new/isi.php?vd=menu&id=9&submenu=2
http://

Peta Sulawesi Utara


View Larger Map

Lintas Sejarah Kota Manado


Kota Manado yang sekarang sebagai ibukota Propinsi Sulawesi , diperkirakan telah didiami sejak abad ke-16 . Menurut sejarah, pada abad itu jugalah Kota Manado telah dikenal dan didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama "Manado" mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado sendiri berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa Indonesia berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.

Tahun 1658 , VOC membuat sebuah benteng di Manado. Sejarah juga mencatat bahwa salah satu Pahlawan Nasional Indonesia , Pangeran Diponegoro pernah diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda pada tahun 1830 . Biologiwan Inggris Alfred Wallace juga pernah berkunjung ke Manado pada 1859 dan memuji keindahan kota ini.

Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Juli 1919 . Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota ( Burgemeester ). Pada tahun 1951 , Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951 , terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957 , Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959 , Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965 , Kotapraja Manado berubah status menjadi Kotamadya Manado, yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623 , merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 , dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia , kemudian bulan Juli yang diambil dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919 , yaitu munculnya Besluit Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente dikeluarkan, dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi. Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka pada setiap tanggal 14 Juli Kota Manado merayakan HUT-nya. Dan pada tanggal 14 Juli 2009 ini masyarakat dan pemerintah Kota Manado merayakan hari jadinya yang ke-386.

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado dan PERDA nomor 5 tanggal 27 September 2000 tentang pemekaran kecamatan dan kelurahan, wilayah kota Manado yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan 68 kelurahan /desa dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 87 kelurahan. Tabel di samping adalah daftar kecamatan beserta luas dan jumlah kelurahannya:

No. Kecamatan/ Luas wilayah (hektar)/Jumlah kelurahan

1. Bunaken/ 5.212,5/ 8
2. Malalayang/ 1.640/ 9
3. Mapanget/ 4.913,55/ 11
4. Sario/ 144,8/ 7
5. Singkil/ 587,13/ 9
6. Tikala/ 1.588,4/ 12
7. Tuminting/ 700,17/ 10
8. Wanea/ 659,95/ 9
9. Wenang/ 279,5/ 12

Sumber :
http://www.manadokota.go.id/sejarahkotamanado.php

Sumber Gambar :
http://www.starfish.ch/Zeichnung/Karten/Manado.GIF

Kota Manado



Kota Manado adalah sebuah Kota di Propinsi Sulawesi Utara yang sekaligus merupakan ibu kota propinsi. Letak Manado berada di ujung Utara pulau Sulawesi. Motto kota ini Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, berarti: "Manusia hidup untuk memajukan orang lain" atau "Orang hidup menghidupkan orang lain". Dalam bahasa Manado sering dikatakan: "Baku beking pande", yang berarti "Saling menambah pintar orang lain".

Kota Manado dikelilingi oleh wilayah pegunungan dan oleh karena itu terkenal dengan udaranya yang sejuk. Manado juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado. Pulau Bunaken terletak tidak jauh dari pantai Kota Manado. Penduduknya dikenal ramah dan terbuka.

Sebagai kota Pantai (waterfront city), Pemerintah Kota Manado mencanangkan wisata bahari sebagai jenis wisata andalan. Hal ini didukung oleh keindahan alam dan potensi yang ada. Dengan keindahan dan kekayaan hayati perairan, Taman Laut Pulau Bunaken dan sekitarnya merupakan tujuan utama wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara.

Taman Nasional Laut Bunaken sudah terkenal di dunia dengan kekayaan alamnya dan keindahan kehidupan di bawah laut dengan flora dan fauna yang khas dan bervariasi. Khusus bagian utara, Taman Nasional Laut Bunaken meliputi Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Manado Tua, Pulau Mantehage, dan Pulau Nain (Kabupaten Minahasa). Selain terkenal dengan taman lautnya, Kota Manado juga membangun Kawasan Bisnis Bahu Mall sebagai pusat rekreasi pantai dan arena pusat hiburan.

Dari seluruh aktivitas ekonomi tersebut, mendorong sektor perdagangan hotel dan restoran terus tumbuh dan mendominasi kontribusi pembentukan PDRB. Berdasarkan harga konstan 2000, kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 27,69 persen pada pembentukan PDRB 2005.

Dengan semakin digiatkan proyek pariwisata, Kota Manado terus tumbuh dan menciptakan klaster hotel dan restoran. Jumlah hotel yang ada di kota ini mencapai 61 unit usaha dimana hotel berbintang berjumlah 9 unit usaha dan hotel melati berjumlah 72 unit usaha.

Adapun fasilitas perdagangan internal kota, banyak terkonsentrasi di Kecamatan Wenang. Sekitar 164 unit ruko, 358 kios, dan 686 tenda. Ramainya kecamatan ini sebagai wilayah perdagangan domestik, membuat kecamatan ini layak dijadikan klaster perdagangan dalam kota.

Sektor lain yang juga mempengaruhi aktivitas perekonomian Kota Manado adalah sektor angkutan dan komunikasi. Kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB Manado mencapai 24,07 persen. Besaran kontribusi perdagangan dapat tercermin dari tingginya aktivitas di Pelabuhan Manado dimana pelabuhan ini sangat ramai sebagai pelabuhan kapal pelayaran dalam negeri, pelayaran luar negeri, pelayaran khusus dan pelayaran masyarakat.


Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Manado

Sumber Gambar:
http://www.visit-manado.com/images/manado-harbor.gif
http://alvieno.files.wordpress.com/2009/10/manado.jpg
http://gallery.manado.net/upgrade/index.php

Sekilas Kota Bitung



Kota Bitung merupakan salah satu pemerintah kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah daratan 304 km2. Sebagian besar wilayah daratan merupakan daerah berombak, berbukit dan gunung. Secara Geografis Kota Bitung terletak pada posisi diantara 1o23'23" - 1o35'39" LU dan 125o1'43" - 125o18'13" BT. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Maluku, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Likupang dan Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara), Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Maluku dan Samudera Pasifik sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara). Wilayah daratan mempunyai luas 304 km2, secara administratif terbagi dalam lima wilayah kecamatan serta enam puluh kelurahan. Lima kecamatan tersebut masing-masing Kecamatan Bitung Utara (136,40 km2 ) meliputi 12 kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah (24 km2 ) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Barat (33,62 km2) meliputi 10 kelurahan, Kecamatan Bitung Timur (59,08 km2) terdiri dari 13 kelurahan dan Kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau Lembeh (50.90 km2) meliputi 15 kelurahan.

Sebagai pintu gerbang jalur laut di Provinsi Sulawesi Utara, dengan berbagai aktifitas perdagangan dan pendidikan serta dengan keberadaan sumber daya alam yang cukup memadai, Kota Bitung memiliki lahan sawah seluas 156 Ha , lahan kering 28.719 Ha dan lainnya 1252 Ha, menunjukkan penggunaan lahan dalam pembangunan Kota Bitung cenderung maksimal. Kota Bitung merupakan kota multi dimensi dengan keragaman etnis yang dalam kesehariannya berkembang dalam nuansa kebersamaan dengan menghargai keragaman tersebut dengan didukung semangat dan budaya Mapalus. Kelurahan yang ada masih ada yang mempunyai ciri pedesaan baik dilihat dari segi fisik maupun pola hidup masyarakatnya. Masih ada beberapa kelurahan yang bercirikan kelurahan pesisir (Bitung Selatan, Bitung Timur dan beberapa kelurahan di Bitung Utara) maupun kelurahan yang bercirikan masyarakat petani (Bitung Utara). Keberhasilan pembangunan Kota Bitung yang dicerminkan dari laju pertumbuhan ekonomi cukup menggembirakan, telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para migran untuk tinggal dan bekerja di Kota Bitung. Rata-rata kepadatan penduduk pada Tahun 2005 mencapai sekitar 558 jiwa per km2. Menyadari heterogenitas penduduk dengan berbagai latar belakang budaya maka pembangunan Kota Bitung diarahkan pada "Terwujudnya Kota Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, pariwisata, perdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi" sesuai dengan visi yang akan dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Kota Bitung. Berbagai tantangan, potensi dan dinamika lingkungan strategis yang mempengaruhi perkembangan pembangunan Kota Bitung merupakan motivasi bagi pemerintah dan masyarakat serta semua stake holders pembangunan untuk merancang dan melaksanakan pembangunan dengan mengarahkan pada skala prioritas yang dapat menggerakkan roda perekonomian rakyat dan menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Disamping itu kemajuan teknologi informasi dan efek globalisasi telah menciptakan persaingan antar kekuatan ekonomi semakin meningkat, menuntut proses pembangunan yang semakin efisien serta menghasilkan produk dengan daya saing yang semakin menjadi tantangan pembangunan kedepan. Beberapa program prioritas pembangunan pada era otonomi daerah telah memberi peluang bagi daerah untuk mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dengan mengutamakan berbagai isu publik dalam pelaksanaan pembangunan. Jumlah penduduk usia produktif semakin meningkat dan telah mencapai 794.026 orang pada Tahun 2005 merupakan jumlah angkatan kerja yang potensial untuk menggerakkan pembangunan apabila dapat dikelola dengan baik. Keterlibatan tenaga kerja sektor pertanian semakin berkurang. Pergeseran ini telah mengarah pada sektor perdagangan dan industri yang cenderung mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Menyadari bahwa transformasi struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tidak dapat dihindari dalam pembangunan, yang semakin mengarah pada ekonomi persaingan bebas yang diikuti dengan makin bertambahnya konsumsi masyarakat terhadap produk barang industri. Demikian juga halnya dengan pengelola tenaga kerja bergeser dari sektor primer ke sektor tersier, maka pembangunan sektor pertanian di arahkan pada upaya pemenuhan pangan serta pelestarian sumber daya alam. Produksi padi pada Tahun 2005 berjumlah 555,6 ton dari luas lahan 137.5 Ha. Selain padi juga dihasilkan jagung 2.236,51 Ton dari 694,5 Ha. Disamping itu juga produksi umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) sebanyak 8.309 ton dari 557 ha, buahan 245,36 ton dari luas lahan 104,30 ha serta kacang tanah sebanyak 143,97 ton dari 135,40 Ha. Disamping pertanian tanaman pangan sub sektor perikanan juga mempunyai peran yang cukup berarti, dalam perekonomian Kota Bitung. Perikanan terutamanya perikanan laut produksinya semakin fluktuatif, pada Tahun 2005 produksinya meningkat 0,66 % yakni dari 133.043,6 ton menjadi 133.924,8 ton. Kegiatan ekonomi di Kota Bitung lainnya adalah pariwisata. Kota Bitung dengan 16 objek pariwisata, baik wisata pantai, wisata hutan maupun wisata sejarah.

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu upaya pembangunan di bidang pelayanan masyarakat seperti pembangunan sarana dan prasarana kesehatan, prasarana jalan dan perhubungan, sarana dan prasarana pendidikan. Pembangunan kesehatan diarahkan pada kemampuan hidup bagi masyarakat dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat. Sarana pelayanan kesehatan telah diupayakan melalui 3 RS Umum, serta 6 buah Puskesmas serta layanan kesehatan lainnya. Panjang jalan di Kota Bitung Tahun 2005 mencapai 232.42 km. bila dirinci menurut statusnya jalan negara mencapai 29.90 km, Jalan provinsi mencapai 15 km dan selebihnya adalah jalan kota. Pembangunan perhubungan/transportasi di Kota Bitung diharapkan dapat mewujudkan arus lalu lintas/angkutan perkotaan, laut yang lancar, tertib, aman dan nyaman. Hal ini dapat dicapai melalui berbagai program seperti : peningkatan dan pengembangan sistem lalu lintas, peningkatan dan pengembangan manajemen angkutan umum, peningkatan dan pengembangan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana angkutan perkotaan serta peningkatan dan pengembangan jaringan angkutan dan jalan. Pembangunan pendidikan bersifat menyeluruh dan terpadu, untuk itu diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan kehidupan lokal, nasional maupun global. Menyangkut peningkatan kualitas SDM pemerintah Kota Bitung sangat concern akan hal tersebut. Hal ini terlihat dari visi dan misi Kota Bitung yakni : "Terwujudnya Bitung sebagai kota pelabuhan internasional, industri, perdagangan, jasa dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan unggul di era globalisasi" selanjutnya dijabarkan dalam misi Pemerintah Kota Bitung yakni Panca Bina dimana salah satunya adalah Bina Manusia. Salah satu program dalam Misi Bina Manusia adalah Pemerintah Kota Bitung bertekad dan berupaya untuk "menyiapkan masyarakat yang berkualitas dan berkemampuan tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi dengan tetap menjaga kelestarian nilai-nilai etika, moral serta norma agama".

Bertitik tolak dari upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Tahun 2005 jumlah TK 61 buah, SD sebanyak 96 buah, SLTP sebanyak 29 buah dan SLTA sebanyak 22 buah. Partisipasi sekolah merupakan masalah yang paling signifikan yang patut dikedepankan dalam analisis pendidikan. Dengan melihat angka partisipasi sekolah di Kota Bitung, secara langsung kita akan dapat melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan pendidikan di kota serba dimensi ini. Angka partisipasi Kasar (APK) merupakan angka yang mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. Namun, indikator ini lebih banyak bercerita tentang keberhasilan sistem pendidikan dalam mendidik anak dan remaja, dan bukan pada penduduk dewasa.

Salah satu faktor penting dalam kelangsungan pembangunan ekonomi suatu daerah adalah tersedianya lembaga keuangan dan perbankan daerah sebagai fasilitas meminjam dana dan penggerak investasi baik oleh pemerintah maupun dunia usaha. Dalam era otonomi daerah derap laju pembangunan kabupaten/kota sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah yang dimiliki untuk membiayai aktifitas pembangunan dan pemerintahan. Skala prioritas kebutuhan menjadi pertimbangan utama mengalokasikan keuangan daerah disamping arah efisiensi dan manfaat dalam upaya memenuhi aspirasi masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan. Kota Bitung dengan berbagai pertimbangan telah berusaha menggali potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber keuangan daerah disamping pendapatan dana perimbangan pemerintah pusat dan provinsi, serta lain-lain pendapatan yang sah. Besarnya PAD yang diterima pada Tahun 2005 masih memberi kontribusi sebesar 6,03 % pada APBD, naik dari tahun 2004 yang menyumbang 5,99 %. Kinerja pembangunan pemerintah daerah tidak terlepas dari pelaksanaan manajemen pemerintahan yang baik, yang pada akhirnya dapat ditunjukkan dari indikator ekonomi makro. Disamping itu banyak ahli pembangunan mengungkapkan bahwa keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari berbagai indikator seperti : angka kemiskinan, pengangguran, angka kematian bayi dan ibu melahirkan, kemampuan baca tulis, umur harapan hidup dan sebagainya yang akhirnya dapat tercermin dari indeks pembangunan manusia (Human Development Index). Upaya pembangunan ekonomi melalui berbagai program kebijakan telah menunjukkan kecenderungan semakin baik. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi, menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan Tahun 2002.

Sumber :
http://www.bitung.go.id/?m=tentang_bitung&src=sekilas_bitung

Sumber Gambar:
http://yanly23.files.wordpress.com/2009/10/pelabuhan-bitung.jpg
http://zuckh.files.wordpress.com/2008/07/dsc01944.jpg